KORTIKOSTEROID
PENDAHULUAN
Kortikosterioid adalah hormon yang dihasilkan oleh
korteks adrenal. Hormon ini dapat mempengaruhi volume dan tekanan darah, kadar
gula darah, otot dan resistensi tubuh. Kelompok obat ini memiliki aktifitas
glukokortikoid dan mineralokortikoid sehingga memperlihatkan efek yang sangat
beragam meliputi efek terhadap metabolisme karbohidrat, protein, dan lipid,
efek terhadap keseimbangan air dan elektrolit dan efek terhadap pemeliharaan
fungsi berbagai system dalam tubuh.(1)
Kerja obat ini sangat rumit dan bergantung pada
kondisi hormonal seseorang. Namun secara umum efeknya dibedakan atas efek
resistensi Na, efek terhadap metabolisme karbohidrat (glukoneogenesis) dan efek
antiinflamasinya. Umumnya efek antiinflamasi sejalan dengan efek terhadap
metabolisme karbohidrat sehingga pengelompokan kortikosteroid didasarkan atas
potensi untuk menimbulkan retensi Na (efek mineralokortikoid) dan efek
antiinflamasi (efek glukokortikoid). Khasiat retensi Na diperlihatkan kuat oleh
mineralokortikoid, sedangkan khasiat antiinflamasi dan glukoneogenesis
merupakan ciri glukokortikoid.(1)
Penggunaan kortikosteroid sebagai antiinflamasi
merupakan terapi paliatif, dalam hal ini penyebab penyakit tetap ada, hanya
gejalanya yang dihambat. Sebenarnya hal inilah yang menyebabkan obat ini banyak
digunakan untuk berbagai penyakit, bahkan sering disebut “life saving drug”,
tetapi juga mungkin menimbulkan reaksi yang tidak diinginkan, karena gejala
inflamasi ini sering digunakan sebagai dasar evaluasi terapi inflamasi, maka
pada penggunaan glukokortikoid kadang-kadang terjadi “masking effect”, dari
luar penyakit nampaknya sudah sembuh tetapi infeksi di dalam masih terus
menjalar.
Dengan adanya kemajuan-kemajuan yang pesat dalam
bidang kedokteran dan farmasi, maka pengobatan penyakit kulit juga ikut
berkembang pesat. Yang menarik perhatian ialah kemajuan dalam bidang pengobatan
topikal yang berupa perubahan dari cara pengobatan nonspesifik dan empirik
menjadi pengobatan spesifik dengan dasar yang rasional.
PENGOBATAN TOPIKAL
Kegunaan dan khasiat pengobatan topical didapat dari
pengaruh fisik dan kimiawi obat–obat yang di aplikasi di atas kulit yang
sakit.pengaruh fisik antara lain adalah mengeringkan, membasahi (hidrasi),
melembutkan, lubrikasi, mendinginkan, memanaskan, dan melindungi (proteksi)
dari pengaruh buruk lingkungan luar.
Prinsip pengobatan topical secara umum terdiri atas
2 bagian :
n Bahan dasar ( vehikulum
)
n Bahan aktif
A. BAHAN DASAR ( Vehiculum )
Secara sederhana bahan dasar di bagi menjadi
1. cairan
2. bedak
3. salap
Di samping itu ada 2 campuran atau lebih bahan
dasar, yaitu :
4. bedak kocok ( lotion ), yaitu campuran cairan dan
bedak
5. krim, campuran cairan dan salap
6. pasta, campuran salap dan bedak
7. linimen, campuran cairan, bedak, salap.
Cairan
Prinsip pengobatan cairan adalah membersihkan kulit
dan debris dan sisa-sisa obat topical yang pernah dipakai. Disamping itu
terjadi perlunakan dan pecahnya vesikel, bula, dan pustule. Hasil akhir
pengobatan ialah keadaan yang membasah menjadi kering, permukaan menjadi bersih
sehingga mikroorganisme tidak dapat tumbuh dan mulai terjadi epitelisasi.
Cairan terdiri atas :
n Solusio artinya larutan
dalam air
n Tingtura artinya
larutan dalam alcohol
solusio di bagi dalam :
n Kompres
n Rendam
n Mandi
Kompres
Bahan aktif yang dipakai dalam kompres biasanya
bersifat astringen dan antimicrobial. Astringen mengurangi eksudat akibat
presipitasi protein.
Bedak
Efek bedak, adalah :
n Mendinginkan
n Antiinflamasi
nrinagn
n Antipruritus lemah
n Mengurangi
pergeseran pada kulit yang berlipat (intertigo)
n Proteksi mekanis
Indikasi
n Dermatosis yang
kering dan superficial
n Mempertahankan
vesikel / bula agar tidak pecah
Kontraindikasi : Dermatitis yang basah, terutama
bila disertai dengan infeksi
Sekunder
Salap
Indikasi
n Dermatosis yang
kering dan kronik
n Dermatosis yang
dalam dan kronik
n Dermatosis yang
dalam dan berkrusta
Kontraindikasi
n Dermatitis madidans
Bedak kocok
Indikasi
n Dermatosis yang
kering, superficial dan agak luas
n Pada keadaan sub
akut
Kontraindikasi
n Dermatitis madidans
n Daerah badan yang
berambut
Krim
Indikasi
n Indikasi kosmetik
n Dermatosis yang
subakut dan luas
n Krim boleh digunakan
di daerah yang berambut
Kontraindikasi ialah dermatitis madidans
Pasta
n Indikasi :
Dermatosis yang agak basah
n Kontraindikasi : dermatosis
yang eksudatif dan daerah yang berambut
Linimen
n Indikasi :
dermatosis yang sub akut
n Kontraindikasi :
dermatosis madidans (5)
BAHAN AKTIF
Penetrasi bahan aktif melalui kulit dipengaruhi oleh
beberapa factor, termasuk konsentrasi obat, kelarutannya dalam vehikulum, besar
partikel, viskositas, dan efek vehikulum terhadap kulit.(5)
Bahan aktif yang biasa digunakan ialah : alumunium
asetat, asam asetat, asam benzoate, asam borat, asam salisilat, asam undesilat,
asam vitamin A (tertionin, asam retinoat), benzokain, benzyl benzoate camphora,
kortikosteroid topical.(5)
KORTIKOSTEROID TOPIKAL
Kortikosteroid bekerja melalui interaksinya dengan
protein reseptor yang spesifik di organ target, untuk mengatur suatu ekspresi
genetik yang selanjutnya akan menghasilkan perubahan dalam sintesis protein
lain. Protein yang terakhir inilah yang akan mengubah fungsi seluler organ
target sehingga diperoleh, misalnya efek glukoneogenesis, meningkatnya asam
lemak, redistribusi lemak, meningkatnya reabsorbsi Na, meningkatnya reaktivitas
pembuluh terhadap zat vasoaktif, dan efek antiinflamasi.(1)
Kortikosteroid topikal dipakai khusus untuk
mengobati penyakit radang kulit yang bukan disebabkan oleh infeksi, khususnya
penyakit dermatitis atau eksim. Kortikosteroid sama sekali tidak menyembuhkan,
dan bila pengobatan dihentikan, kondisi semula mungkin akan timbul kembali.
Obat-obat ini diindikasikan untuk menghilangkan simtom atau penekanan
tanda-tanda penyakit bila cara lain yang kurang berbahaya tidak efektif.
Seperti telah diceritakan di pendahuluan bahwa
kortikosteroid umumnya dibedakan menjadi dua kelompok besar yaitu :
Glukokortikoid
Efek utama glukokortikoid ialah pada penyimpanan
glikogen hepar dan efek antiinflamasinya juga nyata, sedangkan pengaruhnya pada
keseimbangan air dan elektrolit kecil. Prototip untuk golongan ini adalah
kortisol. Kortisol adalah glukokortikoid yang dilepaskan oleh kelenjar adrenal
yang membantu memelihara homeostasis dengan mengatur banyak enzim di seluruh
tubuh. Selama periode stres, kortisol memainkan peran penting dalam
meningkatkan kadar glukosa darah dan meningkatkan tekanan darah. Secara klinis
kortisol dan derivatnya sering digunakan untuk sifat imunosupresannya. Obat ini
juga penting untuk pasien dengan defisiensi adrenal.(2,3)
Khasiat glukokortikoid yang lain adalah sebagai anti
radang setempat dan antiproliferatif melalui proses penetrasi, glukokortikoid
masuk ke dalam inti sel lesi dan berikatan dengan kromatin gen tertentu,
sehingga aktivitas sel tersebut mengalami perubahan. Sel ini dapat menghasilkan
protein baru yang dapat membentuk dan menggantikan sel yang telah tidak
berfungsi, menghambat mitosis (antiproliferatif), bergantung pada jenis dan
stadium proses radang.(4)
Glukokortikoid topikal adalah obat yang paling banyak
dan sering dipakai. Ada beberapa faktor yang menguntungkan pemakaiannya yaitu :
Dalam konsentrasi relatif rendah dapat tercapai efek
anti radang yang cukup memadai.
Bila pilihan glukokortikoid tepat, pemakaiannya
dapat dikatakan aman.
Jarang terjadi dermatitis kontak alergik maupun
toksik.
Banyak kemasan yang dapat dipilih : krem, salep,
semprot (spray), gel, losio, salep berlemak (fatty ointment).(4)
Mineralokortikoid :
Golongan mineralokortikoid efek utamanya terhadap
keseimbangan air dan elektrolit, sedangkan pengaruhnya terhadap penyimpanan
glikogen hepar sangat kecil. Prototip pada golongan ini ialah
desoksikortikosteron. Umumnya golongan mineralokortikoid tidak mempunyai
khasiat antiinflamasi yang berarti kecuali 9 alfa-fluorokortisol, meskipun demikian
sediaan ini tidak pernah digunakan sebagai obat antiinflamasi karena efeknya
pada keseimbangan air dan elektrolit terlalu besar.(2)
Aldosteron adalah mineralokortikoid yang utama, zat
ini menahan natrium (dan kemudian air) dalam darah. Zat ini dirangsang dalam
jalur renin-angiotensin.(4)
Khasiat yang diharapkan pada pemakaian
kortikosteroid topikal sendiri adalah sebagai antiinflamasi, imunosupresif dan
antiproliferatif atau anti mitosis. Mekanisme kerja dari kortikosteroid topikal
ini antara lain :
Vasokonstriksi pembuluh darah dermis bagian atas
sehingga mengurangi eritem pada berbagai dermatosis.
Antiinflamasi akibat rangsangan mekanis, kimia,
radiasi, reaksi imunologi dan infeksi pada kulit.
Antiproliferatif pada lapisan basal, kapiler dan
fibroblast
Tahapan absorbsi perkutan kortikosteroid topikal
meliputi difusi melalui stratum korneum, epidermis, dermis, kapiler dan
kelenjar lemak subkutis serta terjadinya pembentukan depo. Tahapan ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain :
Kondisi kulit (variabel biologi dan variabel
eksentrik).
Karakteristik fisikokimia kortikosteroid (modifikasi
molekul, konsentrasi, durasi, aplikasi, ukuran, dan bentuk molekul partikel).
Efek vehikulum (viskositas, pH, penguapan, bahan
pemacu penetrasi).
Efektifitas kortikosteroid topikal bergantung pada
jenis kortikosteroid dan penetrasi. Potensi kortikosteroid ditentukan
berdasarkan kemampuan menyebabkan vasokonstriksi pada kulit hewan percobaan dan
pada manusia. Jelas ada hubungan dengan struktur kimiawi. Kortison misalnya,
tidak berkhasiat secara topikal, karena kortison di dalam tubuh mengalami
transformasi menjadi dihydrokortison, sedangkan di kulit tidak terjadi proses
itu. Hidrokortison efektif secara topikal pada konsentrasi 1%.(3)
Begitu beragamnya kortikosteroid topikal yang ada,
maka dilakukan penggolongan potensinya mulai dari sangat kuat atau sangat poten
konsentrasinya, vehikulum serta penetrasi dapat mempengaruhi efektifitas klinis
suatu kortikosteroid topikal.
PEMILIHAN JENIS KORTIKOSTEROID
Dipilih kortikosteroid yang sesuai, aman, efek
samping minimal dan harganya murah. Di samping itu ada beberapa faktor yang
perlu dipertimbangkan yaitu jenis penyakit kulit, jenis vehikulum, kondisi
penyakit, yaitu stadium penyakit, luas atau tidaknya lesi, dalam atau
dangkalnya lesi, dan lokalisasi lesi. Perlu juga dipertimbangkan umur
penderita.
Berdasarkan potensinya, United State Pharmacopecial
Drug Information For The Health Care Professional membagi kortikosteroid
menjadi empat golongan yaitu :
Potensi lemah
: Deksametason 0,04-0,1%
Hidrokortison asetat 0,1-1%
Metil prednisolon 0,25-1%
Potensi sedang
: Klobetason
butirat 0,05%
Diflukortolon valerat 0,1%
Hidrokortison butirat 0,1%
Mometason furoat 0,1%
Desoksimetason 0,05%
Triamsinolon asetonid 0,1%
Potensi kuat
:
Betametason dipropionat 0,05%
Triamsinolon asetonid 0,5%
Mometason furoat 0,1%
Desoksimetason 0,05%
Potensi sangat kuat :
Diflukortikolon valerat 0,03%
Klobetasol propionate 0,05%
Pembagian lain kortikosteroid topikal menurut
Cornell dan Stoughton menjadi tujuh golongan, berdasarkan potensi antiinflamasi
dimana efektifitas ini dinilai berdasarkan kemampuan vasokonstriksi untuk
menimbulkan blanching pada kulit.(5)
I
|
Super poten
|
Betamethasone dipropionate 0,05%
Diflurasone diacetate 0,05%
Clobetasol propionate 0,05%
Halobetasol propionate 0,05%
|
II
|
Potensi tinggi
|
Amcionide 0,1%
Betamethasone dipropionate 0,05%
Mometasone fuorate 0,01%
Diflurasone diacetate 0,05%
Halcinonide 0,01%
Fluocinonide 0,05%
Desoximetasone 0,05% dan 0,25%
|
III
|
Potensi tinggi
|
Triamcinolone acetonide 0,1%
Fluticasone propionate 0,005%
Amcinonide 0,1%
Betamethasone dipropionate 0,05%
Diflurasone diacetate 0,05%
Fluocinonide 0,05%
Desoximetasone 0,05%
Betamethasone valerate 0,01%
|
IV
|
Potensi medium
|
Triamcinolone acetonide 0,1%
Flurandrenolide 0,05%
Mometasone furoate 0,1%
Fluacinolone acetonide 0,025%
Hydrocortisone valerate 0,2%
|
V
|
Potensi medium
|
Flurandrenolide 0,05%
Fluticasone propionate 0,05%
Prednicarbate 0,1%
Betamethasone dipropionate 0,05%
Triamcinolone acetonide 0,1%
Hydrocortisone butyrate 0,1%
Fluocinolone acetonide 0,025%
Desonide 0,05%
Betamethasone valerate 0,1%
Hydrocortisone valerate 0,2%
|
VI
|
Potensi medium
|
Aclometasone 0,05%
Triamcinolone acetonide 0,1%
Hydrocortisone butyrate 0,1%
Fluocinolone acetonide 0,01%
Desonide 0,05%
Betamethasone valerate 0,1%
|
VII
|
Potensi lemah
|
Obat topikal dengan hidrokortison, deksametason,
glumetalon, prednisolon, dan metilprednisolon
|
Sediaan kortikosteroid dapat juga dibedakan menjadi
tiga golongan berdasarkan masa kerjanya. Sediaan masa kerja singkat mempunyai
waktu paruh biologis kurang dari 12 jam, sediaan kerja lama mempunyai waktu
paruhnya lebih dari 36 jam, sedangkan yang kerja sedang mempunyai waktu paruh
antara 12-36 jam.(2)
a. Kerja singkat :
Kortisol atau hidrokortison
Kortison
Kortikosteron
Fludrokortison
b. Kerja sedang
: 6-alfa-metilprednisolon
Prednison
Prednisolon
Triamsinolon
c. Kerja lama
: Parametason
Betametason
Deksametason (2)
Kortikosteroid potensi lemah biasanya lebih aman
untuk pemakaian lama, untuk daerah muka dan intertriginous, bayi dan anak-anak,
dan bila sangat diperlukan dapat diberikan dengan bebat oklusi.
Kortikosteroid dengan potensi kuat belum tentu
merupakan obat pilihan untuk suatu penyakit kulit. Harus selalu diingat bahwa
kortikosteroid bersifat paliatif dan supresif terhadap penyakit kulit dan bukan
merupakan pengobatan kausal.(5)
Dermatosis yang responsif terhadap kortikosteroid
ialah : psoriasis, dermatitis atopik dan kontak, dermatitis seboroik,
dermatitis sirkumskripta, dermatitis numularis, dermatitis statis, dermatitis
venenata, dermatitis intertriginosa dan dermatitis solaris (fotodermatitis).
Sedangkan dermatosis yang kurang responsif terhadap kortikosteroid ialah :
lupus eritematosus diskoid, psoriasis di telapak tangan dan kaki, nekrobiosis
lipoidika diabetikorum, vitiligo, granuloma anulare, sarkoidosis, liken planus,
pemfigoid, eksantema fikstum.(5)
Kortikosteroid dengan potensi sangat kuat atau kuat
sebaiknya diberikan untuk :
Pengganti kortikosteroid sistemik
Lesi kronik dan menebal (likenifikasi)
Waktu singkat, area lesi tidak luas
Tidak boleh dengan bebat oklusi
Pilihan formulasi :
Krim larut air :lesi lembab atau eksudatif
Salep
:Lesi kering, likenifikasi/bersisik atau efek oklusif bila perlu
Lotion
:Aplikasi minimal untuk daerah luas atau luka eksudatif
Penambahan urea atau asam salisilat : meningkatkan
penetrasi kortikosteroid
Perban ekslusif polythene : memperbesar absorbsi
untuk daerah kulit yang sangat tebal (telapak tangan dan kaki), jangka waktu
pendek dan dengan pengawasan.
Berikut ini adalah besar kemasan sediaan
kortikosteroid yang tepat untuk peresepan bagi daerah tubuh tertentu :
Wajah dan leher
: 15-30 g
Tangan
: 15-30 g
Kulit
kepala
: 15-30 g
Lengan
: 30-60 g
Kaki
: 100 g
Badan
: 100 g
Sela paha dan kelamin : 15-30 g
INDIKASI KORTIKOSTEROID
Potensi rendah-medium :
-
Gigitan serangga
-
Dermatitis atopik atau kontak
-
Disidrosis
-
Intertrigo
-
Diskoid lupus eritematosus
-
Pruritus anogenital atau senilis
-
Luka bakar
-
Xerosis pada fase inflamasi
-
Eksema
-
Liken planus
-
Otitis eksterna (alergi)
-
Psoriasis
Potensi medium-kuat :
-
Dermatitis eksfoliatif atau numular
-
Granuloma anulare
-
Liken planus
-
Alopesia areata
-
Keloid
-
Liken straitus
-
Nekrobiasis lipoidika diabetikum
-
Pemfigus
-
Lupus eritematosus
-
Pemfigoid
-
Ptiriasis rosea
-
Sarkoidosis
APLIKASI KLINIS
Cara aplikasi
Pada umunya dianjurkan pemakaian salep 2-3x/hari
sampai penyakit tersebut sembuh. Perlu dipertimbangkan adanya gejala
takifilaksis. Takifilaksis ialah menurunnya respons kulit terhadap
glukokortikoid karena pemberian obat yang berulang-ulang, berupa toleransi akut
yang berarti efek vasokonstriksinya akan menghilang, setelah diistirahatkan
beberapa hari efek vasokonstriksi akan timbul kembali dan akan menghilang lagi
bila pengolesan obat tetap dilanjutkan.(5)
Efektifitas klinik kortikosteroid topikal selain
tergantung pada jenis kortikosteroid yang dipakai, juga tergantung pada
konsentrasi dan kemampuan penetrasi ke dalam epidermis. Konsentrasi ini dapat
mempengaruhi efektifitas klinik hanya dalam batas tertentu. Sering peningkatan
konsentrasi tidak sebanding dengan peningkatan efektifitas misalnya losio
Hidrokortison 1% ditingkatkan menjadi 25% ternyata peningkatan konsentrasi 10
kali hanya menyebabkan peningkatan absorbsi sebanyak 4 kali.
Kemampuan penetrasi dari kortikosteroid ke dalam
epidermis dipengaruhi beberapa faktor antara lain :
Tempat pengolesan dengan penetrasi yang kuat antara
lain :
Kulit skrotum, vulva, dahi, aksila dan kulit kepala
lebih permeabel dibandingkan kulit lengan, telapak kaki dan tangan.
Orang tua, anak kecil dan bayi dimana epidermisnya
lebih tipis.
Kulit yang meradang dengan vaskularisasi yang
meningkat.
Penambahan bahan keratolitik yang dapat melunakkan
lapisan tanduk dari epidermis seperti asam salisilat 2-3%.
Propilen glikol sebagai ”optimizing Vehicle” membantu
pelepasan steroid dari vehikulumnya dan menghidrasi lapisan tanduk.
Bahan pembawa (vehikulum), misalnya sediaan
ointment, penetrasinya lebih baik dibandingkan krim dan losio.
Bebat oklusi poli-etilen menyebabkan kenaikan suhu
dan hidrasi epidermis sehingga meningkatkan penetrasi.
Lama pemakaian steroid topikal
Lama pemakaian steroid topikal sebaiknya tidak lebih
dari 4-6 minggu untuk steroid potensi lemah dan tidak lebih dari 2 minggu untuk
steroid potensi kuat. Sebagai ilustrasi dapat diberikan contoh sebagai berikut
:
Psoriasis
Penyakit psoriasis dengan skuama tebal berupa
plakat, memerlukan steroid yang poten (golongan I) dengan vehikulum salep atau
krim.
Dermatitis atopiks
Pada anak diperlukan steroid topikal yang lemah
mengingat umur anak, lokalisasi penyakit dan kulit pada anak masih halus dan
tipis. Dipilih bentuk krim. Pada dewasa diperlukan kortikosteroid yang poten
dalam bentuk salep.
Dermatitis kontak alergi
Pemakaian steroid dengan potensi sedang biasanya
cukup untuk mengatasi penyakit ini. Zat penyebab harus dihindari.
Dermatitis dishidrotik
Dermatitis ini memerlukan steroid yang poten dalam
bentuk salep, sebab kulit di daerah itu tebal.
Dermatitis numularis
Lesi biasanya multipel dan memerlukan kortikosteroid
yang poten.
Dermatitis seboroik
Dermatitis ini cukup sensitif terhadap
kortikosteroid dan memerlukan kortikosteroid dosis sedang.
Dermatitis intertriginosa
Dermatitis ini memerlukan kortikosteroid dengan
potensi sedang untuk menghilangkan gejala gatal dan rasa panas.(5)
PRINSIP PENGGUNAAN KORTIKOSTEROID
Berikut ini beberapa prinsip yang harus dipegang :
Gunakan dosis efektif terkecil, terutama bila
diperlukan untuk jangka panjang
Penggunaan lebih singkat lebih aman
Kalau mungkin berikan pengobatan berselang
(alternating); pemberian demikian dapat dipertahankan bertahun-tahun
Dosis tinggi tidak boleh lebih dari 1 bulan
Penurunan dosis secara bertahap dalam beberapa
minggu atau bulan tergantung besarnya dosis dan lamanya terapi
Hindarkan penggunaan injeksi
dalam keadaan stres dosis dapat dinaikkan 2-3 kali
lipat
Hati-hati pada pasien usia lanjut, gizi buruk,
anak-anak, diabetes
kurangi asupan garam.(1)
KONTRAINDIKASI
Infeksi sistemik, kecuali bila diberika antibiotika
sistemik; hindari vaksinasi dengan virus aktif pada pasien yang menerima dosis
imunosupresive.
Penderita hipersensitif terhadap kortikosteroid
dapat menimbulkan dermatitis kontak alergi.
Rosasea, jerawat dan dermatitis perioral. Infeksi
pada kulit karena virus (misalnya herpes simpleks, cacar air).
Dermatosis pada anak-anak dibawah satu tahun
termasuk dermatitis dan ruam popok.
EFEK SAMPING
Efek-efek yang merugikan seringkali muncul oleh
karena penggunaan yang kurang tepat. Kemungkinan efek samping yang ditimbulkan
tergantung pada :
Jenis kortikosteroid dan vehikulum
Cara penggunaannya : frekuensi, lama dan pemakaian
dengan oklusi
Keadaan dan luasnya lesi
Faktor-faktor penderita : usia, lokasi lesi
Efek samping terjadi bila :
Penggunaan kortikosteroid yang lama dan berlebihan
Penggunaan kortikosteroid dengan potensi kuat atau
sangat kuat atau pengguanaan secara oklusif
Harus diingat bahwa makin tinggi potensi
kortikosteroid makin cepat terjadinya efek samping.(5)
Gejala efek samping :
Efek samping lokal :
Atrofi
Kerusakan kulit akibat kortikosteroid topikal disebabkan
oleh khasiat anti mitosis yang kuat, dan akibat terbentuknya reservoir pada
dermis dan epidermis karena penyempitan pembuluh darah sehingga menyebabkan
penurunan sintesis kolagen, perubahan jaringan ikat dan jaringan penyangga
pembuluh darah menyebabkan atrofi dermis, telengiektasis, purpura, striae,
hambatan penyembuhan luka, papula, pustula dan peningkatan penetrasi
kortikosteroid sehingga menambah kerusakan kulit.
Dermatitis perioral
Dermatitis perioral merupakan papul eksematosa
dengan skuama sekitar bibir yang gatal dan panas, terutama akibat pemakaian
kortikosteroid potensi kuat. Superinfeksi dengan candida albicans akan
mempererat penyakitnya. Patogenesisnya sampai sekarang belum diketahui pasti.
Rosasea
Berupa lesi eritematosa dimuka yang menetap disertai
dengan telangiektasis, papul dan pustula akibat pemakaian kortikosteroid kuat
topikal untuk waktu yang lama. Penetrasi dari pemakaian kortikosteroid topikal
pada daerah muka atau kepala akan meningkatkan akibat adanya folikel kelenjar
sebasea sehingga meningkatkan kemungkinan terjadinya efek samping.
Infeksi
Pemakaian kortikosteroid topikal memudahkan
timbulnya infeksi bakteri, jamur dan virus karena turunnya mekanisme pertahanan
tubuh setempat, dan bila sudah ada infeksi jamur sebelumnya, pemberian
kortikosteroid topikal menyebabkan gambaran klinis tidak jelas sehingga
menyukarkan diagnosis disebut Tinea Inkognito. Pemakaian sediaan kombinasi
kortikosteroid dan antibiotik sebaiknya hanya digunakan dalam jumlah sedikit
dan waktu singkat.
Gangguan penyembuhan luka
Pemakaian kortikosteroid topikal dapat menghambat
penyembuhan luka yang sudah ada karena khasiat antiinflamasinya melalui efek
vasokonstriksi pembuluh darah kecil yang menghambat ekstravasasi leukosit dan
eksudasi plasma, menurunkan jumlah leukosit di tempat radang, penurunan
reaktivitas jaringan ikat dan terjadi hambatan pada pembentukan fibroblas dan
granulasi.
Hipertrikhosis
Pemakaian kortikosteroid topikal jangka panjang
terutama yang berpotensi kuat merangsang pertumbuhan rambut setempat sehingga
terbentuk hipertrikosis lokalisata. Keadaan ini karena efek androgenik dari
kortikosteroid juga terjadi pada pemakaian topikal hormon androgen.
Takifilaksis
Fenomena dimana penggunaan kortikosteroid topikal
secara terus menerus menimbulkan toleransi akut dengan berkurangnya kemajuran
atau khasiat sediaan tersebut, sehingga untuk menghindari terjadinya
takifilaksis dan mendapatkan hasil pengobatan optimal, pada pemakaian
kortikosteroid potensi kuat jangka panjang sesudah lima hari pemakaian harus
diselingi dengan golongan kortikosteroid yang lebih lemah selama beberapa hari.
Glaukoma
Pemakaian kortikosteroid topikal pada mata lebih
dari tiga minggu dapat menyebabkan kenaikan tekanan intra okuler akibat adanya
timbunan mukopolisakarida di sudut kamera okuli anterior yang menghalangi jalan
keluar aqueus humour.
Katarak
Pemakaian topikal pada mata jangka panjang dapat
menimbulkan katarak di kapsul posterior lensa. Mekanisme timbulnya yang pasti
belum diketahui, diduga akibat perubahan biokimia aqueus humour karena pengaruh
kortikosteroid.
Striae atrofise
Telangiektasis
Purpura
Dermatosis akneiformis
Hipopigmentasi
Gambaran klinis penyakit infeksi menjadi kabur (5)
Efek samping sistemik
Efek samping sistemik dapat timbul, jika
kortikosteroid topikal diabsorbsi secara sistemik atau diabsorbsi dalam jumlah
mencukupi ke dalam sirkulasi. Dampak secara sistemik ini dapat terjadi pada
semua penggunaan kortikosteroid topikal. Faktor resiko untuk terjadinya efek
sistemik meliputi :
-
Kortikosteroid topikal potensi kuat jangka panjang.
-
Oasis besar karena dioleskan pada daerah luas
-
Bahan pemabawa bentuk salep sehingga penetrasi lebih besar
-
Bebat oklusi (polyethylene occlusive dressing)
-
Pada lipatan paha, ketiak, kelopak mata dan kulit kepala
-
Pada orang tua, bayi
Salah satu efek yang sangat mengkhawatirkan adalah
penekanan sumbu Hypothalamic Pituitary Adrenal (HPA), yang mengakibatkan
tidak disekresinya aderenokortikosteroid endogen, sehingga terjadi insufisiensi
adrenal, dimana parameter yang tampak adalah penurunan kadar kortisol plasma.
Selain penekanan HPA axis, dapat pula terjadi hipertensi, hiperglikemia,
osteoporosis. Gangguan pertumbuhan khususnya pada anak-anak, sindroma Cushing
dan sebagainya.
Pencegahan efek samping :
Mengingat penggunaan kortikosteroid topikal yang
semakin luas, maka untuk mencegah terjadinya efek samping dan penyalahgunaannya
perlu diperhatikan hal-hal dibawah ini yaitu :
Kepada penderita diberitahu cara pengobatan yang
benar, yaitu sesudah mandi, dioleskan tipis dan diterangkan bahayanya.
Dijaga dengan seksama jumlah total yang telah
digunakan
Hati-hati pemakaian pada bayi, pada bayi kulit masih
tipis, hendaknya dipakai kortikosteroid yang lemah, daerah dengan penetrasi
yang tinggi dan penderita dengan penyakit hati, glaukoma dan diabetes.
Pada pemakaian kortikosteroid potensi kuat :
Waktu pemakaian sependek mungkin, dosis total untuk
anak tidak lebih dari 15 g seminggu
Hati-hati bila digunakan pada daerah dengan penetrasi
tinggi
Perlu diselingi dengan potensi lemah untuk
menghindari takifilaksis
Bila perlu periksa fungsi
hipotalamus-pituitary-adrenal
Jangan gunakan bebat oklusi
Pada kelainan akut dipakai pula kortikosteroid yang
lemah. Pada kelainan subakut digunakan kortikosteroid sedang. Jika
kelainan kronis dan tebal dipakai kortikosteroid kuat. Bila telah membaik
pengolesan dikurangi, yang semula dua kali sehari menjadi sekali sehari atau
diganti dengan kortikosteroid sedang atau lemah untuk mencegah efek samping.
Jika hendak menggunakan cara oklusi jangan melebihi
12 jam sehari dan pemakaiaannya terbatas pada lesi yang resisten.
Pada daerah lipatan (inguinal, ketiak) dan wajah
digunakan kortikosteroid lemah atau sedang.
Kortikosteroid jangan digunakan untuk infeksi
bakterial, infeksi mikotik, infeksi virus dan skabies.
Disekitar mata hendaknya berhati-hati untuk
menghindari timbulnya glaukoma dan katarak.
10. Terapi intralesi dibatasi 1 mg pada satu
tempat, sedangkan dosis maksimum per kali 10 mg.
11. Efek samping sistemik jarang sekali
terjadi, agar aman, dosis yang dianjurkan ialah jangan melebihi 30 g sehari
tanpa oklusi.(5